Selasa, 28 April 2020

Macam Macam Genre Musik

Wawan Setiawan Tirta
Musik, berbeda dari cabang seni lain, memiliki elemen dasar berupa bunyi. Musik, sebagai salah satu cabang seni, tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai bagian dari kehidupan manusia, musik terdapat dalam setiap kelompok masyarakat di seluruh dunia, Barat, dan Timur. Musik dapat dipandang sebagai kebutuhan ekspresif manusia, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mengekspresikan perasaan, emosi, atau gagasannya tentang kehidupan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar musik, seperti di rumah, sekolah, mall, tempat-tempat rekreasi, dan lain-lain. Sampai saat ini terdapat beberapa definisi yang diketahui masyarakat umum, di antaranya adalah:Musik adalah bunyi yang disukai oleh manusia Musik adalah bunyi yang terdiri dari ritmik dan melodi yang teratur Musik adalah bunyi yang enak untuk didengar (Schafer, 1995).

Sekarang, coba kamu dengarkan beberapa genre musik, seperti dangdut, tradisional, pop (Indonesia atau Barat), jazz, keroncong, atau musik campur sari. Misalnya, salah satu di antara kamu ada yang menyukai genre musik pop (Indonesia atau Barat), tetapi tidak menyukai dangdut. Berdasarkan definisi “musik adalah bunyi yang disukai manusia” maka kamu memandang bahwa jazz merupakan musik, sedangkan dangdut mungkin tidak disukai akan kamu anggap sebagai ‘bukan musik’.

Coba kamu cari dokumentasi audio dari internet atau sumber lain tentang musik yang banyak dimainkan oleh kelompok-kelompok masyarakat di Afrika atau Irian, misalnya. Mereka seringkali memainkan instrumen-instrumen perkusif atau instrumen tidak bernada, seperti gendang atau drum, tepukan tangan, atau hentakan kaki, yang menghasilkan bunyi ritmis tanpa melodi. 

Coba kamu bandingkan musik yang terdengar di telinga dengan rasa pedas pada suatu jenis makanan yang dirasakan oleh lidah kita, misalnya. Bagi sekelompok orang yang terbiasa dengan rasa pedas, makanan itu dikatakan ‘enak’ karena mereka terbiasa dengan rasa pedas itu. Namun, rasa pedas dapat dirasakan ‘tidak enak’ oleh kelompok orang lain karena mereka tidak biasa dengan rasa pedas itu. Apabila kita memandang musik pop sebagai musik yang ‘enak’ dan keroncong dipandang sebagai musik yang ‘tidak enak’, apakah kamu akan menganggap keroncong bukan musik?

Ada pula sekelompok orang yang memandang musik sebagai bahasa yang universal. Sekarang coba bayangkan. Misalkan kamu berkunjung ke salah satu kelompok masyarakat di daerah yang berbeda dari daerah asal kamu. Sekarang, kita ganti kata ‘bahasa’ menjadi ‘musik’. Apakah musik terdapat dalam setiap kelompok masyarakat? Apakah musik yang mereka mainkan dapat kamu pahami dengan baik? Apabila kamu tidak memahami musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi dari budaya yang berbeda, apakah musik merupakan bahasa yang universal?
Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan telinga kita atau mengkomunikasikan perasaan atau suasana hati. Musik mempunyai ritme, melodi, dan harmoni yang memberikan kedalaman dan memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford Ensiklopedi Pelajar, 2005) 
Pengertian musik yang telah kamu diskusikan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk memahami seluruh jenis/genre musik dalam seluruh kelompok masyarakat di dunia.
Genre MusikKesesuaian Definisi
YaTidak
Musik Klasik (Barat)-
Musik Pop-
Musik Jazz-
Musik Keroncong-
Musik Tradisional-
Musik Perkusif-
Musik Kreatif (Kontemporer)-
Musik Dangdut-
Musik Tanjidor-
Musik Gamelan-
Musik Melayu-

Musik Sebagai Simbol
Salah satu hasil kebudayaan dari setiap kelompok masyarakat adalah seni, termasuk musik. Musik, seperti halnya cabang seni lain, sangat sarat dengan simbol-simbol tertentu yang berhubungan erat dengan makna tertentu dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Simbol-simbol tersebut tampak pada karakter bunyi yang dihasilkan oleh instrumen-instrumen tersebut (musikal), termasuk vokal/suara manusia. Secara musikal, simbol-simbol musik dapat tampak pada elemen-elemen di dalamnya, seperti tinggi-rendahnya nada, ritme, dinamika, atau tempo.
  • Nada (pitch) Tinggi-rendahnya bunyi
  • Ritme Durasi setiap bunyi
  • Dinamika. Perubahan bunyi yang terdengar keras menjadi semakin lembut atau bunyi yang terdengar lembut menjadi semakin keras.  Ada beberapa tanda dinamika yang umum digunakan dalam karya musik, yaitu: Pianissimo (pp): Suara yang dihasilkan sangat lembut. Piano (p): Suara yang dihasilkan lembut. Mezzo-piano (mp): Suara yang dihasilkan agak lembut. Mezzo-forte (mf): Suara yang dihasilkan agak nyaring. Forte (f): Suara yang dihasilkan nyaring. Fortissimo (ff): Suara yang dihasilkan sangat nyaring. Tanda crescendo digambarkan dengan (<) panjang dan descrescendo digambarkan dengan (>) panjang, biasa disebut juga dengan "penjepit rambut" (hairpin)
  • Tempo Kecepatan musik/lagu: sangat cepat, cepat, sedang, lambat, atau sangat lambat

Simbol musik juga dapat dilihat dari aspek nonmusikalnya. Salah satu contoh simbol nonmusikal adalah instrumen musik berdasarkan pada bentuk, bahan pembuat instrumen, warna, atau ornamen-ornamen yang tampak pada instrumen tersebut. Salah satu contoh bentuk simbol ditinjau dari bahan dasar instrumennya adalah instrumen tradisional masyarakat Sunda, seperti suling Sunda, baik suling Sunda lubang enam maupun lubang empat.

Selain suling, instrumen tradisional Sunda yang terbuat dari bambu adalah angklung. Dalam masyarakat Sunda, angklung terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya adalah jenis Angklung Sunda/Indonesia, yaitu jenis angklung yang seringkali kita lihat dalam pertunjukan-pertunjukan musik. Dalam proses permainan musik angklung, pemain ada yang memegang satu buah angklung, tetapi dapat pula satu orang pemain dapat memegang banyak nada dalam pemainnya
 tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia Macam Macam Genre Musik
Tiga jenis angklung atau tiga jenis instrumen yang kamu sebutkan yang berasal dari tiga kelompok masyarakat yang berbeda memiliki karakter musikal dan non-musikal yang berbeda pula. Perbedaan itu memperlihatkan bahwa musik, sebagai alat untuk mengekspresikan gagasan atau ide pelaku musik, berhubungan erat dengan cara-cara pelaku musik mengekspresikan gagasan-gagasan mereka. Cara-cara pelaku mengekspresikan gagasan dalam musik tidak dapat terlepas dari beragam pengalaman yang diperoleh dalam lingkungan masyarakat. 

Karakter musikal maupun non-musikal dari musik yang dihasilkan oleh pelaku musik tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang ia pelajari dalam masyarakatnya. Sebagai anggota masyarakat, seorang pelaku musik memperoleh beragam pengalaman untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, termasuk perilaku musikalnya.

Estetika Musik
Instrumen yang terbuat dari bambu, misalnya, tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi digunakan pula di banyak negara lain, seperti Filipina (marimba, angklung, tumpong), Thailand (khene), Vietnam (Dan Bau), Arab (nay atau serunai Arab), Jepang (shakuhachi), dan Cina (dizi).

Bunyi instrumen yang terbuat dari bambu seringkali dipandang menghasilkan bunyi yang ‘indah’ oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat Sunda, misalnya. Penilaian ‘indah’ terhadap bunyi yang dihasilkan oleh angklung tersebut tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Sunda. Masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang akrab atau dekat dengan lingkungan alam. Mereka memandang lingkungan hidupnya sebagai sesuatu yang ‘indah’, yang harus dihormati, diakrabi, dipelihara, dan dirawat. Kedekatan masyarakat Sunda dengan lingkungan alam tampak pada tindakan mereka untuk menjadikan bahan-bahan dari lingkungan sekitar, misalnya bambu, sebagai bagian dari kebutuhan untuk mengekspresikan keindahan.

Simbol tidak hanya tampak pada instrumen, tetapi juga pada suara manusia. Lagu keroncong itu umumnya akan dinyanyikan secara berbeda oleh penyanyinya. Ditinjau dari aspek nonmusikalnya, penampilan visual para penyanyi, khususnya wanita, dalam pertunjukan musik keroncong pun berbeda dari penyanyi dalam jenis/genre musik lainnya.(Sumber : Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.)